Mungkin, tanpa ragu, “kalian” akan mendukung mereka sepenuhnya. Dalam keadaan ini, bukanlah hal yang mengherankan jika kalian juga turut serta dalam menyerang dan mengintimidasi Musa serta etnis Israil. Kekuatan Firaun dan Haman tidak hanya terletak pada kekuasaan mereka, tetapi juga pada cara mereka memanipulasi hati dan pikiran orang-orang, menciptakan rasa takut dan kebencian yang mendalam terhadap siapa saja yang dianggap sebagai ancaman.
—Kemenangan dalam pemilu untuk Firaun dan Haman?
Tentu saja, sangat mungkin. Bagi mereka, kemenangan bukanlah sesuatu yang sulit dicapai. Mereka memiliki modal kekayaan yang begitu melimpah, kekayaan yang seolah tak terhitung jumlahnya. Dukungan dari rakyat seperti “kalian” akan datang dengan sendirinya, karena kekayaan selalu memiliki daya tarik yang tak tertandingi. Namun, lebih dari sekadar kekayaan, mereka juga didukung oleh konglomerat terkaya di dunia, Qarun. Dengan dukungan finansial dan tambang tambang emas yang yang tak terbatas, mereka mampu membeli loyalitas, memperkuat kekuasaan, dan menghancurkan setiap lawan politik yang berani menantang mereka.
—
Strategi politik yang digunakan Firaun dan Haman juga tak kalah cerdik.
Mereka tahu bahwa dalam politik, isu yang paling kuat adalah yang mampu menyentuh rasa identitas dan kebanggaan bangsa. Oleh karena itu, mereka mengangkat nasionalisme sebagai isu utama, namun di balik itu, tersembunyi agenda rasisme, primordialisme, dan chauvinisme. Mereka menciptakan narasi bahwa musuh mereka, Musa, bukanlah sekadar seseorang yang berbeda keyakinan, melainkan ancaman terhadap tradisi dan budaya asli negeri ini. Musa dan kaumnya, yang hanya keturunan pendatang, dianggap membawa tradisi dan agama baru yang bertentangan dengan nilai-nilai leluhur pribumi.
—
Dalam situasi seperti ini, dukungan rakyat semakin menguat.
Rakyat yang terperangkap dalam narasi yang dibuat oleh Firaun dan Haman, dengan mudah terpancing untuk membenci dan menolak Musa serta kaumnya. Mereka tidak melihat Musa sebagai pemimpin yang membawa perubahan dan kebaikan, melainkan sebagai sosok yang harus dilawan dan dimusnahkan demi mempertahankan identitas dan kebanggaan bangsa.
—
Sejarah selalu berulang. Hanya nama lakonnya saja yang berganti.
—
Terinspirasi dari Guyonan M.H. Ainun Nadjib dan Najih Ibn Abdil Hameed
0 Komentar